Momen Terima Rapot

Di pekan ini sudah banyak sekolah yang mengadakan ‘rapotan’ yaa, sekolah anak-anakpun juga gitu. Lucunya tuh kalau di sekolah anak-anak, nilai yang ada di rapot malah ngga terlalu dibahas mendalam ketika rapotan. Biasanya guru akan bercerita tingkah pola anak-anak di kelas. Kalau guru bingung gimana handle anak-anak, yaa kita sebagai orangtua yang ngasih tau gimana caranya handle mereka. Namanya juga Kita orangtuanya ya yang lebih lama bersama mereka, jadi ya wajar kalau Kita yang ngasih tau bagaimana baiknya.

Misal aja kemarin waktu ambil rapot Ibie, gurunya bercerita banyak tentang Ibie di kelas. Tentang Ibie yang sering melakukan tawar menawar, Ibie yang selalu bertanya dengan kritis, Ibie yang hangat, mudah menawarkan bantuan ke gurunya, Ibie yang masih kadang kelepasan marah atau gaya ngomong kasar (pas emosi tinggi misalnya) dan mereka bikin perjanjian, dsb. Nah disini Aku juga ngasih tau tips n triks menghadapi Ibie, misal gimana caranya supaya Ibie mau menuruti aturan yang sudah ada yaitu dengan membuat kesepakatan dan tertulis. Karena menurut Ibie, aturan yang harus dipatuhi adalah yang tertulis. Disini Aku perlu memahamkan ke Ibie bahwa ada yang namanya norma dan aturan tidak tertulis yang juga harus dipatuhi. Kemudian ketika seeding value perlu juga membawa sumber yang jelas dan terpercaya. Jadi ngga bisa kalau hanya menurut diri sendiri disaat diri sendiri belum menjadi sumber terpercaya. Hihihi.

Sempet juga cerita bagaimana Ibie mulai dari umur 2 tahun, pertanyaan-pertanyaannya yang makin sulit dijawab seiring bertambah usianya. Gurunya sampai heran (kagum kayanya hahahaha) kok bisa Aku sabar menjawab semua pertanyaan Ibie. Aku sih jawabnya karena Aku suka ditanya, disitu ada proses belajar. Nah dari ini Aku jadi semakin paham, gesture tubuh dan auraku yang bahagia ketika bercerita tentang Ibie, InsyaaAllah membuat orang lain juga menjadi senang dan memahami bagaimana harus bersikap ke anak Kita. Wong Kita aja memandang anak Kita sebagai seseorang yang sangat berharga, maka mereka pun juga akan berhati-hati. Oleh karena itu, hati-hati yaa dalam sikap Kita. Kalau Kita cerita jeleknya anak sambil penuh emosi, maka jangan berharap bahwa orang lain akan memperlakukan anak Kita sesuai yang Kita mau (misal kaya sayaaaang atau baik banget ke anak-anak Kita).

Setelah ambil rapot Ibie, giliran ambil rapot Tabina. Jadiiii ya, kalau pas ambil anak laki ceritanya itu lebih ke main ini itu. Nah kalo anak perempuan bedaaa, ceritanya tentang sebel-sebelan, pas mereka saling cerita sama temennya dan topiknya itu yaaaa 😌 yaa ngomongin palestina lah, barang dan merk yang pro isrewel, sampai ke pilpres coba yaaa. Nah gurunya juga cerita kalau ngomong sama Tabina ni ngga bisa kalau pakai bahasa anak-anak. Malah bikin ngga ngeh. Tapi kalau pake gaya orang dewasa, dia ngeh. Itu sih kayanya karena kebiasaan di rumah 😆 alhasil Tabina sering tanya lebih dalam tentang hal-hal yang blom masuk ke logikanya. Untungnya ada 1 temannya yang juga mirip kaya Tabina. Hahaha. Dan yang ku tau temennya ini juga suka banget baca buku. Owww samaaaa donk l. Hahaha.

Terus terang ya, Aku cukup amazed sama rapot anak-anak ini. Aku termasuk Ibu yang ngga terlalu mentingin nilai, Aku lebih melihat prosesnya. Gimana sikap belajarnya, gimana dia menjaga rasa curiousnya, dsb. Karena hal ini lebih berperan di masa depan nanti, bukan sekarang yang masih di bangku SD. Alhamdulillah dengan adanya nilai mereka yang banyak bertabur 90 sekian, Aku jadi bisa sekalian seeding value bahwa jika Aku belajar maka hasil akan bagus, jika Aku teliti maka hasil juga akan bagus.

Alhamdulillah….

Tinggalkan komentar