Tabina 7 Tahun

Hari spesial yang ditunggu-tunggu Tabina datang juga. Bisa dibilang Tabina sudah nunggu mulai tahun lalu. Setiap ada yang dia pengenin, dia bakal bilang untuk kadonya nanti. Jadi ya jelas, ulangtahun dia ni yang dia tunggu-tunggu. Hihihi.
Ulang tahunnya ini istimewa, karena Oti dan Akung datang dari Mataram. Terakhir kan mereka datang di ultah ke 4 Tabina, setelah itu pandemi. Jadi kebayang donk ya senengnya Tabina kaya apa pas ultah?

Kadang ada rasa ngga percaya juga Tabina sudah 7 tahun. Cepet banget sih dek? Gimana tumbuh kembang Tabina sekarang? Tabina sekarang tingginya 123 cm, beratnya 32 kg. Lagi suka-sukanya makan, jadi sebisa mungkin Aku harus perhatiin tu banyaknya nasi dan cemilan yang dia makan. Kalo meleng atau lupa liatin, waaah nasi yang banyak itu bakal habis sodara-sodara. Hahaha. Tabina olahraganya baru gymnastic, seminggu sekali. Sepertinya harus ditambah deh ini. Lagi suka ngintil Bunda, jadi dia lagi ngga mau tu lari bareng Papanya (padahal tahun lalu masih mau lho), apakah ini pertanda Bundanya harus rajin olahraga dan ngajak Tabina ya? Ow ow ow.
Oiya beberapa bulan terakhir ini, Tabina lagi belajar baca dengan lebih serius. Maksudnya latihan setiap hari, bukan serius ala militer gitu yaa. Hahaha. Alhamdulillah habis ikut TBS (Transforming Behavior Skill) jadi bisa langsung dipraktekin ke Tabina. Sekarang Tabina sudah bisa baca dan tetep latihan baca setiap hari. Apalagi sekarang Tabina juga suka nulis lho. Dia punya buku diary gitu, hadiah dari Rafa, tetangga disini. Diary ini untuk jurnal syukur Tabina yang bisa diisi tiap harinya. Alhamdulillah jadi makin rajin dia nulisnya. Kalimat yang dibuatpun lengkap dan banyak menggunakan kata baku. Yang ku suka dari Tabina ini adalah kalau sudah punya tujuan, Tabina sangat bersemangat untuk mencapainya. Contohnya yaa seperti belajar baca ini. Dia sangat teguh dalam membaca, apalagi jika dia tahu kenapa dia butuh ini. Dia juga mau bertanya kalau ngga tahu, sekaligus juga mau mendengarkan saran dari orang lain. Semangat Tabina yang pantang nyerah ini yang sangat menginspirasi Aku. Kalau sabar, Inshaallah bisa kok menuju goal. Sekarang goal Tabina tambah, selain melancarkan membaca dalam bahasa Indonesia, Tabina juga akan belajar membaca dalam bahasa Inggris. Doakan yaaa. Bismillah.




Ini yang ditunggu gift hunt 😁

Pas ulangtahun, Tabina minta main di playground yang dia belum pernah. Oti n Akung jadi ikut berwisata deeeeh ke ‘Jepang’ hihihi.

Oti-Akung yang khusus dateng di ultah Tabina
Syukuran ulangtahun di sekolah

Jadi di sekolahnya ini kalau ada yang ulangtahun, syukurannya ala montessori gitu. Jadi gurunya akan bacain cerita si anak setiap tahunnya, ada foto-fotonya juga. Nah biasanya ini nih yang paling disukain sama anak-anak. Pada rebutan pengen liat fotonya 😁 nah pas lagi dibacain gitu, Tabina jalan di garis yang ada itu, 1 putaran. Ada bulan-bulannya juga.

Sudah mulai bisa juga main inline skate. Latihannya sama Papanya. Hihihi. Ngeliat Tabina inline skate gini, jadi pengen main juga. Hahahaha…

Tetep rempong 🤣

Selamat 7 tahun Tabina sayang, semoga Adek selalu dilindungi Allah SWT dimanapun dan kapanpun. Selalu dipertemukan oleh orang-orang yang baik, dimudahkan proses belajarnya dan semoga nanti bisa berjodoh dengan orang yang sholeh. Aamiin ya robbal alamin.

Coffee for Change Angkringan seTJiwa #1

Selalu saja ada kejutan yang sukses bikin jantung berdetak lebih kencang dari sebelumnya. Coffee for change? Apa itu? Yaa, di zoom terakhir di akhir Mei, Ibu Septi memberikan tantangan untuk mengadakan coffee for change, dimana merupakan forum yang diinisiasi oleh Ibu Pembaharu yang mengundang berbagai narasumber untuk berbagi pengalamannya dalam melakukan suatu perubahan. Ngga cuma itu, Ibu pun meminta untuk kami memberikan nama yang sarat dengan dunia perkopian. Ahayyyy, ini merupakan tantangan buatku untuk mencari nama yang sesuai. Tapi alhamdulillah, seTJiwa adalah tim sehingga bisa saling melengkapi. Terus terang Aku stuck di “macchiato dan affogato” hihihi. Alhamdulillah salah satu tim kami mengucapkan angkringan. Wowwww, Aku suka kata angkringan dan voilaaaa inilah Angkringan seTJiwa.

Ibu berpesan, carilah tema yang ingin kami ketahui yang tentu saja berkaitan dengan problem statement tim. Hemmm… Cukup lama Aku menimbang-nimbang dan bertanya ke diri sendiri. Sekarang kamu pengen tahu apa put? Kalau sebelumnya kami ingin belajar tentang cara mendampingi persiapan aqil baligh. Nah saat itu, Aku ingin belajar tentang ketika Kita akan menjadi seorang Ibu. Ketika Kita belum menyandang status menjadi seorang Ibu atau Ibu beranak sekian anak. Yaaa, Kami memutuskan untuk mengangkat tema “mengelola stres pasca melahirkan”. Kenapa sih kami mengangkat tema ini? Jadi begini, terkadang seorang Ibu menjadi struggling setelah melahirkan ketika memiliki masa kehamilan yang sulit, proses melahirkan yang traumatis atau belum siap. Dimana semua ini dapat berdampak ke pola pengasuhan. Bahkan bisa sampai berujung ke post partum depression. Baby blues pada Ibu setelah melahirkan adalah hal normal, tapi hal ini bisa diminimkan dampaknya jika lingkungan disekitarnya mendukung.

Setelah menentukan tema, Kami harus mencari narasumber yang bisa Kami undang. Sempat terpikir ingin mengundang mother hope Indonesia, tapi kemudian Aku teringat salah satu anggota tim, mba Nisye, sempat cerita bahwa beliau memiliki teman yang seorang doula, yang dapat mendampingi Ibu melahirkan. Yaitu mba Windy Juwita. Beliau juga alumni EP, yang mana sedikit banyak value tim akan sejalan dengan beliau. Mba Nisye lah yang mengajak mba Windy, ketika mba Nisye menyebutkan bahwa ini adalah project thank you alias probono, mba Windy setuju. Beberapa hari kemudian setelah beliau setuju, kami mengadakan gmeet untuk berdiskusi tentang konsep sharingnya. Wow, ilmunya banyaaaak dan bahkan beliau pun menawarkan untuk memberikan beberapa kelas.

Konsep coffee for change ini seperti talkshow. Tidak ada sharing materi berupa slide. Sehingga moderator memegang peran penting agar narasumber bisa membagikan pengalaman-pengalamannya. Yaaah layaknya hidden gems. Hihihi. Aku banyak belajar dari coffee for change bu Septi dengan ashoka. Bagaimana moderator memainkan alur sharing dan ketepatan waktunya. Awalnya Kami mengonsep hanya ada moderator dan narasumber, tetapi akhirnya kami memutuskan ada host alias MC juga. Aku yang didapuk menjadi MC, yang selain memandu acara dan time keeper, Aku juga menjelaskan apa dan siapa seTJiwa.

Hectic ngga waktu menyiapkan coffee for change ini? Alhamdulillah ngga, Alhamdulillah Allah memudahkan semuanya. Allah memang sangat memahami kapan hambanya membutuhkan bantuanNya. Misalnya saja ketika kami sedang mempersiapkan angkringan seTJiwa ini, Aku lagi sibuk-sibuknya packing. Tetiba suami mendapat panggilan lagi ke Jakarta. Oyeee, project roro jonggrang deh ini. Karena kurang dari 2 minggu, suami sudah harus berkantor di Jakarta. Ngga cuma itu, Chika, salah satu member tim juga sedang siap-siap pindahan juga. Dan itu anak-anak baru selesai ujian, terbitlah libur. Mba Nisye di hari Selasa itu rencana mau ke Jakarta, sudah deg-degan aja siapa yang bisa jadi moderator kalau mba Nisye ke Jakarta? Alhamdulillah ternyata diundur, jadi masih bisa menjadi moderator kesayangan kami.

Ada beberapa hal yang menjadi perhatianku, yang mana di project selanjutnya hal tersebut bisa diperbaiki, yaitu sebagai berikut:

1. Judul yang kurang menggoda. Ini adalah masukan dari Ibuku yang mengatakan judulnya kurang okeh nih.

2. Deskripsi acara yang kurang tajam. Okeeeeh, sepertinya Aku memang kurang ilham diwaktu itu 😅

3. Host waktunya gantian dengan tim lainnya. Yaitu ochie, isti dan Mitha. Karena Aku ngga mau cuma berkembang sendirian. Hihihi.

Rasanya masih pengen mengadakan coffee for change lainnya, tapi badan dan kepala rasanya lagi ngga temenan deh sekarang. Baru kerasa pegel-pegel dibadannya. Hihihi.

Puasa anak-anak

Ada dua kata yang bisa menggambarkan puasa anak-anak tahun ini, yaitu masyaallah dan Alhamdulillah. Tahun ini, Ibie berumur 9 tahun dan Tabina berumur 6 tahun. Ngga ada ekspektasi yang berlebihan atau wow, karena sepekan sebelum puasa adalah hari-hari yang sibuk. Banyak meeting untuk persiapan acara, bahkan Aku hampir aja kelupaan ngga beli stok ransum puasa. Memang Aku sempat sounding tentang Kita yang akan memasuki bulan Ramadhan, yang mana ku berencana akan kuulangi seminggu sebelum hari H. Aku baru sempat ngajakin bikin hiasan Ramadhan h-1, mengulangi cerita yang ku bikin setahun yang lalu untuk BRP. Alhamdulillah di hari pertama puasa itu, anak-anak ada undangan buka puasa dari temannya yang lagi ultah. Ternyata hal ini menyebabkan Tabina punya goal untuk bisa puasa sampai Maghrib. Tabina bilang “Adek hari ini harus bisa puasa Maghrib, kalau ngga nanti Adek bisa malu sama temen-temen.” Ehemmmm, goalnya yaaa. Karena malu. Aku belum koreksi apa-apa tentang goal Adek ini waktu itu. Ku kira kuat puasanya sampai Maghrib cuma di hari itu aja, ternyata ngga. Besok lagi, lagi dan lagi. Oo masyaallah, ternyata bukan karena temen lagi sekarang tapi karena memang dia mau.

Tabina sempet ngga puasa, yaitu waktu perjalanan ke Jakarta. Karena diawal kami menyepakati untuk ada libur puasa. Ibie pun juga masih punya libur puasa, mulai tahun depan udah ngga ada tuh libur puasanya. Hihihi. Tabina juga sempat vaksin kedua, di hari itu Tabina puasa setengah hari dan besoknya juga puasa sampai jam 10 pagi karena pusing. Seharusnya mereka mendapat libur puasa juga saat kami berangkat ke Lombok tapiiiiii kondisi sekarang sepertinya lebih aman kalau tetap bermasker dan ngga makan minum selama di bandara dan pesawat deh. Pengawasan dan kontrol untuk covid sudah super minim. Peduli lindungi pun ngga dicek (untuk yang bandara Pangkalpinang yaa), hasil antigen plus PCR juga ngga ada yang cek. Oleh karena itu, anak-anak kami ajak untuk tetap berpuasa. Alhamdulillah mereka tahu dan di bandara Soekarno-Hatta peduli lindungi dan kartu vaksin juga di cek tapi untuk hasil antigen ngga dicek waktu itu.

Oiyaa, alhamdulillah setelah mendapat pencerahan di #enlighteningparenting oleh cikgu Okina, anak-anak puasa tanpa iming-iming. Misal kalau berhasil puasa, tiap harinya dikasih sekian rupiah atau bakal dibeliin sesuatu. Ini termasuk kesalahan ya gaes dan pernah melakukan juga waktu Ibie umur 5 dan 6 tahun. Aku masih inget banget di umur Ibie 6 tahun, dia pengen beli skuter dan sama Papanya dijanjiin dikasih duit kalau puasa. Nominalnya ngga disebutin dan (ternyata) tiap hari dikasih 100 ribu. Harganya skuternya 1.5 juta dan Ibie tahu harganya berapa. Ditambah Ibie sudah bisa tambah-tambahan, wkwkwkwkwk bisa ditebak tak? Yesss, benar tiap hari Ibie hitung duitnya dan begitu mencapai 1.5 juta, Ibie stop puasa. Dua minggu aja bestie puasanya. Hemmmm…. Nah tahun depannya pas mau puasaan, ada live cikgu Okina dan langsung banting stir, yang mana sebelumnya didahului oleh minta maaf dulu sama Ibie, karena apa yang dilakuin sebelumnya adalah salah.

Sejak itu ngga ada lagi iming-iming, puasa ya puasa karena mereka lagi belajar untuk memenuhi perintah Allah SWT. Alhamdulillah di tahun ini, Ibie banyak banget kemajuannya. Ngga ada keluhan dan rengekan yang meriah banget tentang haus dan lapar. Alhamdulillah Ibie juga lebih sehat dan bisa puasa full 28 hari (Kita puasa 29 hari kan tahun ini) plus lebih santuy kalau pas Aku lagi berhalangan. Tabina pun juga gitu masyaallah, kalau tahun lalu bisa puasa sampai Maghrib sebanyak 2 kali dan tahun ini 24 hari bisa puasa sampai Maghrib.

Bisa dibilang tahun ini, mereka puasa di 3 tempat yang berbeda dengan kondisi panas yang beda juga. Kalau di Pangkalpinang panas tapi setelah itu hujan dan hampir setiap hari hujan deras, di Jakarta uwow panas banget, tapi ternyata di Mataram jauuuuh lebih panas. Alhamdulillah semuanya diberikan kemudahan oleh Allah SWT ya dan ini adalah doa yang terselip dalam sujudku.

Alhamdulillah, masyaallah.

Btw, ini ku tulis untuk menyimpan data yaa… Jadi bukan untuk membandingkan atau dibandingkan.

Ruwet wet wet

Holaaaaa…. Aku lagi di Mataram nih, alhamdulillah akhirnya setelah hampir 2.5 tahun bisa kesini juga. Nah terus kok judulnya ruwet pake wet wet pula? Oooh ngga tahu nih, Aku lagi ngerasa ruwet aja. Lagi jadi mamazilla. Ow ow ow…

Padahal Aku sudah lama pensiun jadi mamazilla, tapi entah kenapa hampir sebulan ini ngga santuy. Remote emosiku bukan ada di tangan, tapi di tangan anak-anak. Jadi makin kesel, kesel sama diri sendiri karena kalah. Kesel kaya gini tuh bikin capek pake banget. Kayanya Aku perlu menata lagi hidup dan keseharianku. Sepertinya mulai ada yang ngga imbang.

Okeee, kalau gitu apa sih yang biasanya bikin kamu (kamu disini maksudnya Aku yaa) kesel trus bikin ruwet? Hemmm… Aku kesel banget sama yang namanya gadget, sejak dirumah ada tab, kestabilan emosiku kaya ada yang ngitik-ngitik.

Lha bukannya kamu sudah bikin kesepakatan? Iyaaa, tentu sudah. Nah ini dia masalahnya, ybs (yang bersangkutan) sudah tahu ada kesepakatan ini, tapi dilanggar. Entah sengaja atau ngga timer di tab nya ngga dinyalain. Setelah selesai masih aja nambah-nambah. Pake bilang “sabar bun, sabar” lhaaa ybs nyuruh Aku sabar untuk membiarkan ybs bisa main lebih lama. Hemmm.

Jadi gimana supaya kondisi tentram aman nyaman damai? Pas awal sebelum mulai, Aku harus memastikan dia udah set timer dan Aku setting alarm juga. Kemudian bikin kesepakatan untuk menyudahi disaat masih kepengen main. Kalo sebelumnya kesepakatannya lebih ke ngga marah-marah kalau main. Jadi perlu dilengkapi.

Kemudian, apa yang bisa kamu lakukan supaya ngga terkuik-kuik pas dia ngga menepati? Kayanya Aku perlu latihan disosiasi lagi di pagi hari khusus case ini. Latihan lagi, lagi, lagiiiii….

Hufhhhhhh…. Lega lho Aku setelah self coaching gini. Jadi memang sepertinya Aku juga salah, kadang loss control karena merasa dia sudah tahu dan paham. Padahal kan masih umur 9 tahun. Jelas belum sampai disitu dan sepertinya Aku kurang memuji efektif karena kok rasanya dia lebih defensive. Bismillah semoga besok lebih lancar luncur. Aamiin. Semangattttt put!!!

#kelasliterasiibuprofesional

Peran Baru yang Istimewa

Salah satu peran yang sangat didamba oleh banyak perempuan adalah peran menjadi IBU. Termasuk Aku. Kecintaanku akan dunia anak, membuatku tak sabar untuk memilikinya. Alhamdulillah, Allah SWT mengabulkan keinginanku ini. Dua minggu sebelum ulangtahun pernikahan keduaku, anak yang ku damba hadir.

Masih teringat suara tangisan pertamanya, lengkap dengan backsound suara adzan Ashar dan hujan yang turun. Aku melahirkan di Mataram, alasannya supaya Aku bisa dekat dengan keluargaku. Pilihan untuk melahirkan di lokasi suami bekerja tidak menjadi pilihan, karena disana saat itu fasilitas kesehatan masih minim.

Aku masih mengingat ketika suster menggendong anakku dan mendekati Aku yang masih ‘dijahit’ oleh dokter. Suster itu berkata “Dicium dulu bu anaknya” aaaah rasanya hangat, sehangat hati dan mataku. Masyaallah, Aku sudah menjadi seorang Ibu.

Aku tidak pernah membayangkan akan melahirkan melalui operasi dan tidak bisa IMD (Inisiasi Menyusui Dini). Tapi kedua hal ini menjadi tidak berarti ketika Aku mendengar tangisan dan mengecupnya. Operasi atau normal, itu hanyalah cara. Memang normal lebih baik, tapi operasi pun juga sangat baik ketika Kita berhadapan dengan kondisi yang kurang ideal. Aku tidak menyesal, bahkan pengalaman operasi sesar pertamaku itu menjadi pengalaman melahirkan yang sangat membahagiakan.

Setengah jam setelah Aku keluar dari ruang operasi, datanglah dokter yang menggendong bayiku dan beberapa suster ke kamar. Yeayyy, walau Aku tidak bisa langsung melakukan IMD setelah bayiku lahir, tapi Aku masih berkesempatan untuk untuk merasakan dekapan hangat bayiku di dada. Aku masih mengingat reaksi suami, Ibu dan adikku ketika melihat momen tersebut. Semua orang terfokus dengan bayiku yang sedang asik mencari putingku. Saat itu, Aku sangat kehausan. Syukurnya, Adikku sempat melihat Aku yang sedang kehausan dan dia mengambilkan segelas air mineral. Kalau dipikir-pikir memang boleh ya setelah operasi langsung minum? Hihihi.

Malamnya, Aku ngga sabar buat bertemu bayiku lagi. Ku minta suami untuk ke ruang bayi untuk meminta supaya bayiku diantar ke kamar. Aaah rasanya kangen, gimana ngga bagaimana pun Aku sudah membawanya dalam perutku selama hampir 36 minggu. Begitu bayiku diantar, duh hatiku berbunga-bunga. Saat itu, Aku masih menggunakan kateter sehingga Aku hanya bisa menyusuinya di tempat tidur dengan tiduran. Suami dan Ibu bergantian untuk mengganti popok bayi.

Keesokan harinya, suster memandikan bayiku. Aku ingin sekali melihat cara memandikannya. Begitu kateter dilepas, Aku belajar duduk dan pelan-pelan belajar berjalan dan sampailah diruang bayi. Aaah rasanya bahagiaaaa sekali bisa bertemu bayiku. Bayi yang sangat amat ku sayangi dan cintai mulai masih berbentuk titik di rahimku. Bayi yang mulai dalam kandungan sudah mempunyai panggilan kesayangan, yaitu “Ibie”. Alhamdulillah, Aku sekarang sudah menjadi Ibu dan dimulailah perjalanan baruku menjadi seorang Ibu.

#kelasliterasiibuprofesional

Puasa Tabina

Masyaallah, ngga kerasa ya sudah dipertengahan Ramadhan. Semoga aman terkendali dan amal ibadah Kita diterima Allah SWT ya. Aamiin ya robbal alamin.

Aku pengen cerita nih tentang puasa Tabina. Ini adalah tahun ketiga Tabina latihan puasa. Tabina mulai latihan puasa di umur 4 tahun. Hemm… Jangan dibayangin langsung puasa yaaa. Awalnya, goalku hanya mengajak Tabina sahur bersama. Karena Tabina ini terbiasa bangun sekitar jam 5.30an. Tidur malamnya suka kemalaman sih, mungkin efek dia tidur siang kali ya, kadang tidur siang aja 2 kali. Wkwkwkwkwk. Jadi gimana cara banguninnya? Ya digendong trus nemenin Kita makan. Gitu terus sampai 2 minggu, setelahnya ngga Kita bangunin lagi karena dia sama sekali ngga bangun walo udah digendong ke ruang tv.

Nah tahun lalu, Tabina sudah berumur 5 tahun. Aku mulai ngajarin konsep puasa. Bahwa setiap akan puasa harus diawali niat dan karena masih tahap belajar, Tabina juga perlu menentukan goal (sampai jam berapa berpuasanya). Kemudian, kalau sudah makan dan minum ya berarti puasanya batal (kalau ngga sampai Maghrib) dan ngga melanjutkan puasa lagi. Seru banget deh, kadang dia berniat puasa sampai jam 9 pagi, 11 siang atau malah jam 8 pagi. Hihihi. Tapi pernah juga puasa full sampai Maghrib 2 kali. Nah supaya kerasa bahagia berpuasanya, Tabina ikut buka bersama kami yang berpuasa. Selain itu, kami juga membuat table dan grafik pencapaiannya, serta tak lupa menghias satu bagian tembok rumah.

Tahun ini, Aku sebenarnya sudah berencana untuk mempersiapkan Tabina supaya bisa meningkat dari tahun lalu. Tapi sejak sembuh dari covid, Aku lumayan ngga ngeh sama tanggal (tepok jidat deh). Malah sampai h-2 puasa, Aku masih menyiapkan acara pengajian di kompleks. Sampai akhirnya sadar kalau 2 hari lagi sudah Ramadhan. Lhooo, lha terus gimana ini persiapan buat Tabina kan ya? Alhamdulillah, Allah memang baik banget. Di H-1 itu, Aku bikin bunting sederhana. Ku kasih judul “menyambut Ramadhan, yeayyy” supaya Tabina ngeh. Ngobrol-ngobrol sama Tabina tentang puasa dan dia nyeletuk “Jadi bun, kalau Kita puasa terus adek makan atau minum itu sudah batal puasanya. Ngga boleh dilanjut lagi”. Masyaallah, itu kan BRP puasa tahun lalu, rupanya Tabina masih inget. Kami juga menyepakati berapa kali Tabina bisa libur puasa. Disini ngga ada iming-iming hadiah.

Alhamdulillah nya di hari pertama puasa itu ada undangan buka bersama untuk anak-anak, karena ada temannya yang ulangtahun. Tabina bilang bahwa dia harus puasa full, supaya ngga malu sama temannya. Aku iyain aja, walau hatiku bilang seharusnya ngga gitu tapi ini kan sesuatu yang datang dari dirinya sendiri. Perlu diapresiasi. Benar saja, besok Tabina benar-benar puasa full. Minim rengekan, masyaallah. Dia benar-benar melakukan BRP puasa tahun lalu, yang bahkan BRP itu untuk Ibie di waktu itu. Misal seperti kalau haus dia bisa menutup mulutnya dan stop berbicara sementara. Kalau laper, sabar aja ya namanya puasa ya pasti laper ya. Yang ku tekankan, puasa itu boleh makan cuma waktunya aja yang dipindah.

Masyaallah, pengalaman di hari pertama ini membuatnya mudah untuk puasa full di Hari selanjutnya. Barakallah dek. Libur puasa kapan? Waktu Kita naik pesawat ke Jakarta. Nah di Jakarta ini agak beda sama di Pangkalpinang. Kalau disana, hampir semua tempat makan baik yang di pinggir jalan atau di transmart pada ditutup kain. Jadi ngga keliatan tuh orang yang pada makan. Di Jakarta ngga donk. Terbuka dan biasa saja. Ehemmm… Dimana ya rasa menghargai yang sedang berpuasa? Ah entah.

Di Jakarta ini, Aku sempat ke beberapa mall karena memang kebetulan Aku membutuhkan sesuatu yang ngga ada di pangkalpinang. Tabina ikut, begitu masuk mall Aku melihat ada 1 cafe yang terbuka (ngga ada kain maksudnyaa). Oh NO, Aku belum BRP Tabina tentang ini. Buru-buru ku bisikin Tabina “Dek, ternyata di Jakarta ini agak beda dikit dengan Pangkalpinang. Kalau disana, semua restoran ada kainnya, disini ngga. Jadi Adek akan melihat banyak orang makan. Gapapa ya dek? Karena orang yang lagi makan ini berarti ngga puasa, mungkin karena bukan Islam atau Islam tapi sedang berhalangan. Adek cuekin aja ya” alhamdulillah lancar, pas mau pulang dia bilang “Iya ya bun, yang makan ini berarti ngga berpuasa karena mungkin bukan Islam”.

Di lain hari, Adek ngajak ke Jakarta Aquarium. Begitu masuk mall, semerbak bau makanan. Ku iseng nanya “dek, ada yang makan” dia jawab “ya gapapa bun, mungkin bukan Islam atau lagi mens” trus ku lanjutin “Iyaa, nah kalau Kita puasa untuk siapa dek?” Dia jawab “untuk Allah”. Setelah dari Jakarta aquarium dia sempet bisik-bisik kalau dia laper, ku senyum aja.

Di awal puasa, Aku sempat baca story mba Rani, Tim sharing EP, dimana beliau sharing tentang caranya bercerita ke anaknya tentang lapar saat puasa. Bahwa penting sekali berniat saat berpuasa, karena ketika perut lapar dan haus, otak akan memerintahkan usus Kita untuk tenang dan santai-santai saja sampai waktunya Maghrib. Tentu ku deliver donk ke anak-anak. Jadi begitu mereka bilang laper, ku bilang “hai usus, sabar ya, silakan santai-santai dulu” plus gimana Allah tu sayang banget sama Kita sampai Kita disuruh puasa supaya usus Kita tetap sehat. Aaaah masyaallah.

Sehari sebelum kami ciao ke Jakarta

Sehat-sehat yaaa dek, semoga tabungan pahalanya banyaaaaaak banget. Barakallah dek.

#kelasliterasiibuprofesional

Detik-detik Menjelang

Aku memutuskan untuk melahirkan di Mataram, karena disana ada Ibuku dan tentu ada pilihan beberapa dokter kandungan. Memang jadi jauh sama suami yang bekerja di salah satu daerah di Sulawesi Tenggara. Tapi, Aku merasa dekat dengan orangtua saat melahirkan itu lebih menenangkan.

Hamil anak pertama sekaligus cucu pertama itu, super menyenangkan. Hamil bagai ratu. Hahaha. Aku mau makan apa saja, selama itu sehat, ngga pakai lama sudah ada di meja makan. Napsu makan selama hamil melonjak drastis, semuanya semakin enak dan menggiurkan. Berat badanku juga naik gila-gilaan. Buatku, saat itu, ngga masalah. Gampang, tar dietnya.

Aku masih ingat, di hari Minggu itu dalam rangka ulangtahun Ibu. Aku kepengen banget liat laut, kemudian makan steak saat pulang. Kami ke pantai Senggigi, ketika lagi asik jalan. Eh tiba-tiba, kakiku masuk ke lubang dan ow..ow.. JATUH. Alhamdulillah ngga sampai kena perut, karena ku tahan sama lutut. Ku merasa biasa saja, sampai dua hari kemudian Aku menemukan sedikit darah saat mau sholat Subuh. Lhoooo!!! Apa ini?! Tetiba Aku ingat pesan dari dokter kandunganku untuk segera ke klinik kalau darah, banyak ataupun sedikit.

Seminggu sebelumnya, Aku sempat kontrol kandungan dan ternyata detak jantung bayiku terlalu cepat untuk ukuran bayi dalam kandungan. Normalnya 140-145 bpm tetapi saat itu 170-180 bpm. Alhasil, Aku masuk di ruang observasi dan disuruh miring ke kanan selama 2 jam. Jika setelah 2 jam detak jantung bayi belum turun, Aku harus cito saat itu juga. Waktu itu, di Lombok cuma ada Aku sama Ibu saja. Suami masih di Pomalaa (tempat bekerjanya), bapak masih di jogja karena jenguk saudaranya dan Adekku masih di Bali. Tahu ngga, Aku sama Ibu ngapain? Kita berdua sibuk mengulang-ulang adzan. Tetiba Kami berdua lupa adzan itu kaya apa. Sampai Aku minta dikirimin voice note dari suami. Hahaha. Alhamdulillah, ngga jadi cito saat itu karena detak jantung sudah normal lagi. Bayiiii, masih sebulan lagi yaaa duedate mu. Yeay, Kita boleh pulang. Tapi beberapa hari kemudian Kita balik lagi karena ada sedikit darah yang keluar itu. Alhamdulillah, Bapak dan Adek sudah ada di Mataram dan bahkan suami yang baru balik ke Pomalaa, bisa langsung kembali ke Mataram lagi. Anak pertama dan cucu pertama ini rupanya menunggu semuanya berkumpul. Alhamdulillah, anakku jadi ada yang adzanin. Hihihi.

Iyaaa, seharusnya Aku melahirkan di Akhir November. Qadarallah, ternyata Aku melahirkan lebih cepat dan hari terakhir Oktober. Keinginan Ibu terwujud karena memiliki ulangtahun di bulan yang sama dengan cucunya, sedangkan Aku jadi nostalgia dengan tanggal itu.Dulu, jaman SMA ku merasa tanggal itu kesannya horor. Apalagi kalo bukan hari Halloween. Hahahaha. Tapi sejak 9 tahun lalu, tanggal itu sudah SAH jadi hari favorit ku sedunia.

#kelasliterasiibuprofesional

Saat Cerita Itu Dimulai

Setelah menikah, muncul satu impian yang sudah lama ku impikan. Yaitu punya anak. Sejak duduk di kelas 2 SMP, Aku sangat tertarik dengan dunia psikologi. Rasanya sangat menarik karena seseorang ngga tiba-tiba menjadi sosoknya disaat ini. Tetapi ada latar belakang yang menyertai. Penjahat, ngga ujug-ujug jahat dari lahir, kasarnya seperti itu. Pemikiran ini yang membuatku lebih mudah untuk melewati masa SMP ku yang cukup menantang di kelas 1 dan 2 SMP. Menantang untukku, belum tentu untukmu.

Aku mulai membeli buku-buku tentang psikologi anak, cita-cita pun berlabuh menjadi seorang menjadi psikolog anak. Ternyata nasib tidak berkata seperti itu, Aku memilih untuk banting setir untuk kuliah di teknik. Aku ngga menyesal untuk pilihan ini, karena ngga ada sesuatu tanpa ijin Allah kan?! Walau begitu, Aku tetap mencintai dunia anak. Love pake banget. Sehingga Aku masih sering baca buku tentang psikologi anak. Sehingga Aku sangat menunggu menjadi seorang Ibu.

Setiap bulan setelah menikah, ngga lupa Aku berharap ngga dapat ‘tamu’ di bulan itu. Mbak Nir, asisten Ibu, sampai geli lihat kelakukan sang penganten anyar. Beli tespack segambreng setiap bulan. Hahaha. Sampai akhirnya, di bulan Maret Aku menemukan garis dua di testpackku. Senaaaang banget. Aku masih kerja saat itu, kantorku berjarak 20 km dari rumah. Jalan menuju kantor juga banyak yang berlubang. Ruanganku di lantai dua. Qadarallah, Aku keguguran. Tepat seminggu setelah resign, dia pergi. Untuk memutuskan resign jelas ngga mudah. Apa kata dunia, seorang Putri ngga kerja, cuma dirumah saja, nungguin dikasih duit suami. Duh, ngga keren! Gejolak ini muncul sebulan sebelum resign dan Aku resign bagai korban keadaan tapi Aku mendapat jawaban dari Allah tepat seminggu setelahnya. Iya, saat Aku keguguran. Aku baru memahami bahwa ketika ada sesuatu yang asing di rahimku, Aku memerlukan banyak bedrest. Ngga mungkin bedrest Aku lakukan jika masih kerja. Disini Aku mulai mempunyai makna baru bahwa Aku resign supaya Aku bisa mendapatkan seorang anak yang sangat ku damba. Saat ini, memang belum saatnya. Allah tahu yang terbaik untukku. Setahun kemudian, Allah Maha Baik memberiku garis dua lagi di tespack. Oooh, Aku tahu kenapa Aku butuh setahun lebih baru hamil. Karena Allah mau agar Aku dan suami bisa saling mengenal dengan lebih baik. Begitu Aku hamil, suami menjadi lebih dewasa. Menjadi suami siaga, rela mengurusku dengan segenap kemampuannya dan rela memenuhi keinginan ini itu. Aku masih ingat banget, tetiba pengen makan rendang daging padahal biasanya Aku ngga terlalu suka dan lebih pilih lauk ayam. Jadi ku telpon suami minta tolong dibeliin. Begitu suara mobil suami datang, ku langsung menyambut sumringah. Jeng… Jeng….rendang daging habis. Ngga pake lama, langsung nangis didepan pintu. Hahahaha. Zuper zekali ya?!

Selama hamil, Aku jadi gampang kepengen makanan ini itu. Ngga heran penambahan berat badanku pun drastis, tapi itu bukan masalah. Ku menikmati setiap perjalanan kehamilanku. Aku bersyukur, Allah masih berbaik hati memberi kami satu janin yang sehat di rahimku, walau satu janin lainnya ternyata ngga berkembang. Inshaallah, semoga Allah berkenan ya anak-anak Bunda supaya Kita nanti bisa ketemu di surgaNya. Ngga apa-apa, pertemuan Kita ditunda dulu sementara.

Selama hamil, Aku melakukan apa yang bisa ku lakukan. Aku belajar segala macam tentang seluk beluk dunia perbayian. Tujuannya supaya siap menyambutmu nanti.

#kelasliterasiibuprofesional

Katanya….

Kata orang ngga gampang jadi seorang istri apalagi jadi Ibu. Yaa itu yang pernah ku dengar sebelum Aku menikah dulu. Belum lagi cerita ini itu tentang drama dunia pernikahan seperti di film layangan putus, misalnya. Terbersit rasa takut nikah, sedikit. Tapi, lagi lagi Allah Maha Baik. Aku ditemukan dengan teman-teman di tempat kerja (semuanya bapak-bapak) yang cinta dan sayaaaang banget sama istri dan keluarganya. Alhamdulillahnya, di kantor Aku paling sering berinteraksi dengan mereka karena urusan pekerjaan, ngga jarang mereka cerita tentang kisah cinta mereka. Pelan-pelan Aku menginginkan untuk membangun rumah tangga. Kata orang tentang ini itu berhasil dikikis sampai habis dan di akhir 2010 Aku menikah. Beberapa hari sebelum nikah, tiba-tiba Aku teringat dengan cita-cita masa kecilku “jadi manten” UHUYYYY terwujud, alhamdulillah. Yeayyyy kawiiiin…kawiiiin. Putri kawiiiin. Hushhhh emang kucing? Nikah!

Di benak seorang Putri yang masih gadis kinyis-kinyis, nikah itu adalah end of a happy story. Naif memang. Maklum, tontonan jaman kecilnya sebangsa Cinderella, Snow White dan lainnya. Happily ever after. Jadi ku berpikir kalau Aku sudah jadi istri, Aku akan meneruskan kebiasaan dirumahku. Semua ada yang mengerjakan, Aku santai-santai. Tapi Aku ada satu permasalahan, yaitu suamiku juga berpikir yang sama. Bahwa nanti kalau beliau punya istri, akan ada yang mengerjakan semuanya juga. Hemmm berdua punya mimpi yang sama. Lha pertanyaannya, siapa yang mengerjakan semuanya ya? Wong asisten saja ngga ada. Bisa ditebak, chaos.

Peran baru sebagai istri jelas lengkap dengan segala hak dan kewajibannya. Proses adaptasinya ngga gampang, karena Aku tahunya cuma belajar dan main saja selama di bangku kuliah, jadi Aku sangat jetlag. Haaaaa Putri bersihin kamar mandi? Haaaaa Putri ngepel? Helloooooooo, ngga salah!!!! Biar ngga ribut, ku membagi kegiatan rumah. Aku menyapu dan beliau mengepel dan urusan kamar mandi jadi tugas kehormatan untuk beliau. Sempurna.

Hanya saja kenyataan ngga seperti itu. Mengepel bisa dilakukan seminggu sekali, padahal Aku sudah tiap hari menyapu. Urusan bersih-bersih kamar mandi juga ngga pernah dilakukan, uwowww alhasil kami jadi sering mayah-mayah. Hahahaha, ruwet.

Kami sudah kenal lama, tapi tetap saja membutuhkan waktu untuk beradaptasi. Kesalahan yang kami lakukan adalah kami ngga pernah ngobrol tentang do and dont’s saat menikah untuk urusan pekerjaan rumah. Perlu setahun untuk makin memahami satu sama lain. Setelah melewati masa itu, kami jadi semakin lovey dovey hihihihi.

Berkenalan menjadi seorang istri, check. Nah, gimana dengan peran sebagai seorang Ibu? Apa ada ceritanya? Gaes, masih bernapas nih, berarti masih jadi manusia. Tentu ada ceritanya. Masyaallah.

#kelasliterasiibuprofesional

Pecha Kucha 15

Masyaallah, ngga kerasa juga yaa ternyata sudah di hari ke 15. Makin seruuuu. Masyaallah. Yuk cuss Kita mulai yaaa.

1. Bengkel bunda oleh mba Endang Prasdianti. https://youtu.be/DHNssU02VM8. Bengkel bunda ini mengangkat mengenai membangun kepercayaan diri dengan mengenali diri sendiri. Keren deh. Cara presentasi mba dian keren dan luwes puol, ku ikut bangga sama mantika kuuu. Hihihi. Untuk video dan pesan 10/10.

2. FutureGO oleh mba Senny Listy. https://youtu.be/Pvc3rcg8gjE. Masyaallah, terimakasiiiih futureGO karena sudah mengangkat permasalahan Salah jurusan. Hayooo sapa yang pernah merasa salah jurusan waktu kuliah? Untuk video 5/10, karena waktu yang kelebihan 71 detik tetapi untuk pesan 10/10. Masyaallah, ini tuh penting banget lhooo.

3. Tim Bintang oleh mba Widya. https://youtu.be/_apRcf-dJ-M. Permasalahan yang diangkat mengenai melatih keterampilan mandiri mendidik. Wowwww masyaallah, ternyata ini tentang menyiapkan anak untuk bisa Mandiri menuju usia dewasa muda, menuju aqil baligh. Perlu banget ini disimak. Keren mba Widya. Untuk video dan pesan 10/10.

4. Tim Mantu Manis oleh mba Neni Sefrijanti. https://youtu.be/OIPPzZuub1g. Permasalahan yang diangkat adalah tentang manajemen waktu. Wuaaah Aku berbinar nonton videonya, karena eh karena anggota di Tim Mantu Manis ini semuanya adalah pebisnis online dan tantangan mereka adalah di manajemen waktu. Untuk video dan pesan 8/10.

5. Pustaka berkah oleh mba Nurul Aulia. https://youtu.be/_ZnQCxefv4k. Masyaallah, ku terdiam dan terkukuuu. Ada yang sama dari mba Nurul, yaitu koleksi bukunya sama plus banyak dan bagaimana supaya buku-bukunya menjadi lebih bermanfaat. Mba Nurul membuka rumah baca, begitupun mengajak kerjasama dengan sekolah di medan. Keren masyaallah. Untuk video dan pesan 10/10.

6. Manakaid oleh mba Siva Faoziah. https://youtu.be/MuRfVyzLa6k. Manakaid ini bergerak di literasi finansial. Aku pengen deh jadi penerima manfaatnya, biar makin mulus urusan keuangan keluarga. Hihihi. Untuk video 8/10 dan pesan 10/10.

#ibupembaharu